Jumat, 24 Februari 2012

Menggapai Pencerahan

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُون
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku (Allah), maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah DEKAT. Aku merespon seruan orang yang berdoa apabila ia menyeru kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu berharap respon kepada-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka mendapatkan pencerahan. (QS Al-Baqarah: 186)

Terjemahan Depag:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Terjemahan Quraish Shihab:
Kami benar-benar mengamati segala yang dilakukan dan ditinggalkan manusia. Apabila hamba-Ku bertanya kepadamu, Muhammad, "Apakah Allah itu dekat dengan kami, dan tahu apa yang kami rahasiakan, kami tampakkan dan yang kami tinggalkan?" jawablah, "Sesungguhnya Kami dekat dengan hamba-hamba Kami, lebih dekat dari yang mereka sangka." Buktinya bahwa doa seseorang akan sampai pada Allah dan dikabulkan pada saat ia berdoa. Maka jika Allah telah memperkenankan dan mengabulkan doa mereka, hendaknya mereka itu membalasnya dengan iman dan ketaatan karena hal itu akan menjadi jalan kebenaran dan kebaikan mereka.

Ayat ini sangat menarik, di sana ada kata فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي dan kata يَرْشُدُونَ . Saya pernah mendiskusikannya dengan beberapa orang yang berbeda dan ternyata mendapatkan kesimpulan yang berbeda tentang arti ayat tersebut, terutama pada dua kata ini. Kami berdiskusi dengan mengartikan ayat tersebut ke bahasa Jawa (bahasa pesantren klasik), sebagian mengartikan  kata فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي  itu dengan 'mongko becik podho nuhoni maring Ingsun' yang bahasa Indonesianya 'maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku' sedang sebagian yang lain mengartikannya 'mongko becik podho ngenti-enti jawaban maring Ingsun' yang bahasa Indonesianya 'maka hendaklah mereka berharap jawaban kepada-Ku. Sedangkan arti kata يَرْشُدُونَ diartikan 'podho oleh pituduh' jika diindonesiakan menjadi 'mereka mendapat petunjuk' atau tercerahkan.
Saya sendiri lebih menyukai arti 'maka hendaklah mereka itu berharap respon kepada-Ku' untuk kata فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي dan 'mereka mendapatkan pencerahan' untuk kata يَرْشُدُونَ.

Mengenal Allah adalah hal yang sangat mendasar bagi manusia, saat ingin tahu siapa Tuhan itu maka jawabannya adalah Allah itu DEKAT.
Terus mau apa kalau DEKAT? أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ Jadilah pendoa. Panggillah, serulah, berdoalah, Dia akan menjawab, merespon. Saya lebih menyukai arti DOA dengan kata 'matur' (bhs Jawa). Jadilah pendoa berarti jadilah orang yang suka matur, artinya mengajak-NYA berbicara/berkomunikasi. Orang matur tentu harus bersabar menunggu direspon.

Pada terjemahan Depag kata أُجِيبُ diartikan 'Aku mengabulkan', tapi pernahkah kita mengalami doa yang tak terkabul? atau lebih tepatnya belum terkabul keinginannya? Kalau saya merasa pernah, bahkan sering, dan juga sering mendengar keluhan yang sama dari orang lain. Jadi kesimpulan saya: tak setiap doa itu dikabulkan sesuai dengan keinginan. Apakah ayatnya salah? Pasti tidak salah. Tapi kalau itu benar kenyataannya mana??? Belum dikabulkan sekarang? besuk saja di akhirat? atau dikabulkan dalam hal lain? atau cara berdoanya yang salah? atau karena sikap kita yang salah? atau sebenarnya yang terjadi kita matur tapi tak mau menunggu jawabannya? Atau mungkin saja arti maksud ayatnya tidak begitu?

Lebih tepatnya arti kata أُجِيبُ adalah 'Aku menjawab'  atau 'Aku merespon', atau 'Aku menanggapi', atau 'Aku menyambut'. 

Pernahkah doa kita direspon Allah? Kalau belum pernah, silakan coba sendiri dan rasakan pengalaman (experience)nya.
Pertama fokuskan perhatian pada Sang Maha DEKAT itu, lalu panggil-panggillah, misalnya dengan kata "Yaaa Allah... Yaa Allaah..." atau "Ya Tuhan, Yaa Tuhan...." atau "Oh, my God..." atau "Duh Gusti...", atau pakai nama-namaNya dalam asma-ul-husna (karena memang Al-Qur'an mengajarkan begitu). Memanggil-manggillah dengan teguh, sungguh-sungguh berharap respon (فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي) dan percaya (وَلْيُؤْمِنُوا بِي) . Selanjutnya ikuti saja apa yang terjadi.

Apakah yang terjadi jika kita melakukannya? dadanya berguncang-guncang, bergetar? merinding? kulit gemetar? histeris? menangis? berurai air mata? terharu? jatuh tersungkur? tenang bahagia? menjadi mendadak paham persoalan hidup yang dihadapi? menjadi mendadak lapang dada rela menerima keadaan? Jika ya, bukankah itu yang namanya pencerahan?

Jika kita amati perbedaan penafsiran ayat ini menghasilkan sesuatu yang sangat berbeda. Terjemahan 'maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku' akan menghasilkan Islam syari'at, artinya beragama dengan sibuk menjalankan syari'at, jadi dengan cara banyak memahami buku-buku dan kata-kata orang lain, karena perintah-perintah Allah itu memang banyak tertulis di buku-buku (kitab-kitab) dan diterangkan melalui pengajaran oleh orang lain (para ulama, ustadz, kyai, dsb).

Sedang terjemahan 'maka hendaklah mereka itu berharap respon kepada-Ku' akan menghasilkan Islam yang sederhana karena langsung mendapatkan pencerahan dariNya, langsung dibimbingNya, jadi gemar iqraa' membaca alam (ayat-ayat kauniyah) yang tergelar, rasa tahu (paham) muncul sendiri, bahkan dapat menyaksikan sendiri / mengalami sendiri (syahadah) tentang keberadaan dan peran Tuhan di dalam segala hal, dan tentang Al-Qur'an yang berada di dadanya sendiri sebagai ayat-ayat yang nyata. Contoh yang mudah adalah jika kita kemana-mana sambil sering-sering matur pada-NYA: "ya Allah, bimbinglah saya, ajari saya, tuntunlah saya...., saya mohon, ya Allah..." dan lihat apa yang terjadi...

Pada ayat tersebut juga ada kata لَعَلَّهُمْ yang diartikan agar mereka, atau mudah-mudahan mereka, kalau dalam bahasa Jawa biasa diartikan 'menowo-menowo' atau siapa tahu. Jadi لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ menunjukkan pengalaman mendapatkan pencerahan itu 'siapa tahu' yang berarti relatif, mungkin saja si A bisa mendapatkannya dengan mudah, sedang si B tidak berhasil, dan si C mendapatkannya tetapi lebih sulit prosesnya. Itu menunjukkan bahwa memang Allah menunjuki hambaNya itu sekehendakNya. Disamping itu kata الدَّاعِ jelas menunjukkan bahwa orang yang berdoa itu bukan asal orang, al ta'rif pada kata benda menunjukkan kekhususan benda itu, jadi mungkin saja talenta seseorang dapat saja berperan dalam proses dikabulkan tidaknya suatu doa (dijawab tidaknya doa), fakta di masyarakat menunjukkan adanya orang-orang yang berduyun-duyun mengunjungi paranormal dan kyai untuk minta tolong didoakan agar keinginannya terkabul.
wallahu-a'lam.

Tidak ada komentar: